6/18/2011

Adil Saja Tidak Cukup

Untuk apa anda bekerja? Itu pertanyaan yang terkadang sulit untuk dijawab, karena banyak faktor yang menyebabkan orang untuk meredefinisi dan mencari argumentasi setiap jawaban yang bakal keluar dari mulutnya, atau setidaknya hinggap dibenaknya. Banyak hal yang melatarbelakangi niat seseorang dalam bekerja, jika mengikuti teori Maslow, mulai dari kebutuhan terendah seperti makan (dan kebutuhan fisiologis lainnya), status sosial sampai kebutuhan untuk aktualisasi diri. Dan seringkali jawaban-jawaban yang keluar atas pertanyaan tadi, adalah realita yang melatarbelakangi kualitas pekerjaan seseorang.

Saya pernah ditanya, kenapa senang sekali berpindah-pindah tempat kerja. Awalnya saya juga pernah dibuat bingung oleh orang yang senang sekali berganti pekerjaan. Namun seiring perjalanan waktu, penglihatan dan apalagi langsung mengalami, saya jadi tak perlu bertanya-tanya lagi. Dan kepada yang bertanya kepada saya, saya hanya bertanya balik, kenapa Anda betah berlama-lama bekerja di satu tempat? Saya yakin, jawaban saya dan dia, akan ada garis biru yang menghubungkan kesamaannya.

Orang yang bekerja sekedar untuk mencari makan akan selalu berorientasi pada seberapa banyak yang bisa didapat dan seberapa banyak pula tenaga dan pikiran yang harus diberikan. Jika sedikit bayarannya, maka sedikit pula yang dilakukan. Hal ini menjadi wajar karena tidak sedikit pula perusahaan yang mengukur prestasi dan menilai kinerja karyawannya dengan materi, sehingga secara tidak langsung membudayakan kerja berdasarkan materi.

Namun satu hal yang patut direnungkan oleh setiap perusahaan, ini akibat dari bentuk kapitalisme yang membudaya, bahwa kepada yang membayar lebih tinggi, kepada merekalah seseorang akan memberikan loyalitasnya. Dan ini mesti menjadi pelajaran kenapa banyak orang kemudian beralih dan menggeser tempat duduknya dari satu gedung ke gedung lainnya.

Oleh karenanya, prinsip the right man on the right place saja tidak cukup, mesti ditambah in the right time. Seseorang yang profesional akan merasa bukan waktunya lagi berada di tempat yang meski tepat, tetapi ruang dan kesempatannya untuk mengaktualisasikan dirinya semakin sempit. Bisa jadi ia masih dibutuhkan ditempatnya bekerja karena mungkin sangat jarang menemukan SDM bermutu sepertinya, tetapi jika kemudian ia merasa mendapatkan kesempatan dan ruang baru baginya untuk lebih banyak berbuat, itulah yang dicarinya. Dan biasanya, jika sudah demikian, orang-orang seperti ini tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan emas yang datang. Baginya, kesempatan seringkali tidak datang dua kali.

Lain halnya dengan orang-orang yang bekerja berlatarbelakang materi, jika tak sesuai materi yang didapat, maka pilihannya cuma dua, keluar dari perusahaan atau bekerja dibawah standard. Kalaupun akhirnya dia pindah dan mendapat pekerjaan baru, jika tak merubah cara pandangnya terhadap pekerjaan yang juga merupakan amanah, maka tak heran jika di tengah jalan, orang-orang seperti ini akan melemah kembali, dan bekerja pun kembali seusai dengan typenya, tergantung bayaran.

Orang yang bekerja dibawah standard dari yang seharusnya dikerjakan, padahal ia digaji dengan standard yang sudah disesuaikan dengan apa yang menjadi kewajibannya, adalah orang yang zhalim. Dan semestinya, seorang mukmin tidak memiliki mental dan karakter demikian.

Bahkan adil saja tidak cukup. Orang yang bekerja sesuai dengan standard dan memenuhi semua kewajibannya, adalah orang yang bersikap adil. Dan ia tidak berdosa dengan keadilan yang sudah dipenuhinya. Namun saat ini, ada trend baru orang-orang dalam bekerja, yakni bekerja lebih dari waktu, standard dan kewajiban yang semestinya dilakukan. Yang demikian, sungguh telah berbuat Ihsan.

Aktualisasi diri, tingkatan tertinggi kebutuhan hidup manusia menurut Maslow, dalam kamus Islam adalah Ihsan. Tak mempedulikan berapa banyak ia dibayar, tetapi karena ia memandang pekerjaan sebagai satu bentuk dari ibadah dan penghambaan kepada Allah, maka seperti halnya ibadah-ibadah yang lain, maka dalam bekerja pun orientasinya tidak materi semata. Baginya pekerjaan adalah amanah dan ia mesti memelihara amanah tersebut sebaik-baiknya, bahkan meski untuk melakukan amanah tersebut, sedikit apresiasi yang didapatnya. Tidak ada kamus kecewa, karena baginya, selesai melaksanakan kewajibannya dan bahkan lebih baik dari target waktu dan standard semestinya adalah kepuasan tersendiri.

Kepada Rasulullah, Jibril pernah bertanya tentang Ihsan, dan Rasulullah mengatakan, “... Kamu beribadah kepada Allah seolah kamu melihat Allah, walaupun kamu tidak bisa melihat Allah, sesungguhnya Allah melihat kamu”. Orang-orang yang berbuat Ihsan, tidak mempedulikan atasannya melihat atau tidak pekerjaannya, karena ia teramat yakin dengan ketentuan Allah tentang balasan berbuat Ihsan. Jika bukan manusia yang memberikan apresiasi karena tak mengetahui pekerjaannya, Allah-lah yang akan memberikan penghargaan. Adakah yang lebih baik dari penghargaan Allah? Wallaahu ‘a’lam bishshowaab.

From : Bayu Gaw


Artikel Terkait

18 comments:

FZABoyZ said...

saya suka posting di blog ini.posting posting di sini utk memotivasi

FZABoyZ Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
DAW-XP said...

Mantabb mas ..
Sedikit saran, tolong tulisan diberi jarak agar para pembaca tidak pusing membacanya. :)

DAW-XP Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
Admin said...

@FZABoyZ : Semoga bermanfaat Kawan...

@DAW-XP : hehe,,, sgera di edit masbro,, saran yang sangat membantu,,,, Thanks.

Admin Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
Unknown said...

Nice post,semangat terus untuk berkarya.Salam kompak dari Timur Indonesia!

Admin said...

@Er'end : Trimakasih Sobat, Salam kompak selalu,,, ^_^

Admin Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
suex said...

saya sangat senang bisa membaca artikel seperti ini sobat.. !
semoga kelak orang" yang membaca artikel ini bisa melakukan yang terbaik lagi.. !!

suex Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
Unknown said...

@kevin_Edward :Amin.....
Trimakasih sobat,,,

Ladida Cafe said...

woww, saya suka artikel ini, mulai dari judulnya sudah menarik utk dibaca :)

mgkin saya harus baca sekali lagi supaya paham secara keseluruhan . .

Ladida Cafe Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
Unknown said...

@ Ladida : 2x lagi juga gpp sob,, hehe...

edhoJR said...

artikelnya menarik sob, salam sukses slalu :D

edhoJR Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
KoleksiArtikelMenarik said...

hmm Menarik juga...nice infoo

KoleksiArtikelMenarik Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
Agen Penjual Obat Herbal Online said...

Kalo adil ga cukup harus ditambahin apa lagi atuh ??

Agen Penjual Obat Herbal Online Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
Emod said...

memang susah kalo orang yang rakus mau berbuat adil ,,,

Emod Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
Joni said...

adil ,,, kyk nya enak ya kalo di muka bumi ini orang orang nya bisa berbuat adil

Joni Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
Ugun said...

adil adil adil ? memang suatu perbuatan yang susah kalo bwt orang yang g punya hati

Ugun Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
outbound malang said...

kunjungan gan .,.
bagi" motivasi .,.
sikap yang positif tidak akan berguna tanpa di sertai dengan tindakan yang posituf.,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.

outbound malang Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup
Obat Penyakit Jantung Bocor Tradisional said...

Saya suka blog ini sangat memberikan motivasi kepada saya ..
Terimakasih atas artikel artikel yang bermanfaat untuk saya dan semoga bisabermanfaat bagi yang lainnya juga ..

Topik said...

Blog yang menarik, ini adalah artikel kedua yang saya baca.

Topik Terimakasih sudah berkomentar di » Adil Saja Tidak Cukup

Post a Comment