6/20/2011

Permainan Ibu Guru Untuk Muridnya (Perang Pemikiran)

Ibu Guru berjilbab rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari'at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, "Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!" Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat. 

Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Penghapus!", jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "Kapur!". Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.
"Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya.

Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika."
"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham Bu Guru"

"Baik permainan kedua," Ibu Guru melanjutkan. "Bu Guru ada Al-Qur'an, Bu Guru akan meletakkannya di atas bangku kecil ditengah karpet. Al-Qur'an itu "dijaga" sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Al-Qur'an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil.

Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Al-Qur'an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. "Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan..."

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari'at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan."

"Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?" tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo'a dahulu sebelum pulang..."

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.

***

Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya: "Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu." (9:32).

Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa.
Maka tampak dari luar masih Muslim, padahal internal dalam jiwa ummat, khususnya generasi muda sesungguhnya sudah ibarat poteng (tapai singkong, peuyeum). Maka rasakan dan pikirkanlah itu dan ingatlah bahwa dunia ini hanya persinggahan sementara, ingatlah akan Hari Pengadilan. WaLlahu a'lamu bishshawab.

Oleh :  H.Muh.Nur Abdurrahman
sumber : Kolom Tetap Harian Fajar


Artikel Terkait

15 comments:

ToPu said...

Peran ini sungguh sangat krusial sekali....

ToPu Terimakasih sudah berkomentar di » Permainan Ibu Guru Untuk Muridnya (Perang Pemikiran)
Ikkhy said...

Follbeck yah mas !!
n skalian kalo mau tukeran link,, tinggalkan jejak aja diblog aku !!

http://ikkhybieber.blogspot.com

Ikkhy Terimakasih sudah berkomentar di » Permainan Ibu Guru Untuk Muridnya (Perang Pemikiran)
Ladida Cafe said...

yang penting jgn terpengaruh provokasi jelek meskipun sangat menarik perhatian . .

Unknown said...

@ ToPu : emang gitu ya sob????
@ Ikkhy : OK.. OK..
@Ladida : Setuju banget Sob. N kita harus mempunyai prinsip yang kuat, agar tidak mudah terpengaruh.. ^_^

Maz Evan said...

Wah, ibu guru yang cerdas ya??
nice inpo sob . . . .

Mey Ariesta mar.ah solihah said...

Subhanallah ^_^
Jayyid jiddan,,
Smg bisa menjadi perenungan untuk kta smua.
Smg Allah membimbing kita semua untuk mempelajari islam scara kafah dan mampu membedakan yang hak itu hak dan yang batil itu batil. amin

Agen Penjual Obat Herbal Online said...

Mengucapkan.. nice information

jelly gamat said...

Cerita yang sangat bermanfaat !

Green Life Foot Patch said...

beberapakali singah baru baca sekarang dan Sungguh Benar..

Oh umat islam Kasihan sekali engkau... Tak ada kah rasa mu pada ROsul yg memperjuangkan hidupmu. Ter.. la.. lu..

PPK Patokbeusi said...

bimbingan anak-anak kita

herizal alwi said...

Wau....
:)

Topik said...

semoga Islam Tetap Jaya...

Topik Terimakasih sudah berkomentar di » Permainan Ibu Guru Untuk Muridnya (Perang Pemikiran)
Jelly Gamat Gold G said...

wah ini cerita penuh dengan kisah pribadi aku nih, keren yang bikinnya

Informasi Seputar Pendidikan said...

"Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya."

sebuah cara pembelajaran yg sangat baik dan bermanfaat

pondokinfo.com said...

Perlahan tapi pasti tanpa disadari ternyata memang kita mulai jauh dari nilai-nilai kebaikan yang seharusnya, misal tidak mau korupsi malah dimusuhi atau dianggap sok suci.
Terima kasih atas tulisannya :)

Post a Comment